Telaga Sidringo: Ranu Kumbolonya Dieng


Siapa yang tak tahu Ranu Kumbolo? Mungkin ada yang tidak tahu tentang Ranu Kumbolo, tapi bagi para traveler terutama yang suka mendaki gunung. Ranu Kumbolo menjadi semacam tempat impian bagi banyak orang.

Saya belum pernah kesana, tapi dari banyak foto yang pernah saya lihat Ranu Kumbolo memang punya pemandangan yang cukup cantik. Danau yang berada di jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk mendirikan kemah sebelum mencapai puncak. Saya pun berkeinginan suatu saat nanti bisa menginjakan kaki juga disana.

Telaga Sidringo

Lebaran tahun lalu baru bisa sampai ditempat yang kata orang KW supernya Ranu Kumbolo. Namanya Telaga Sidringo, letaknya masih dalam wilayah Perbukitan Dieng. Tepat di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Batang.



Acara jalan dadakan


Sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk pergi ke Telaga Sidringo. Waktu itu pulang kampung karena memang dalam rangka Hari Raya Idul Fitri untuk kumpul sama keluarga besar. Rencananya di rumah pun tadinya hanya mau silaturahmi ke rumah saudara dan pulang ke Jogja pada H-4 lebaran. Tapi rencana itu berubah setelah ada ajakan jalan dari Ipin dan Yoga di hari ke-3 lebaran.

"bro mau ikut gak?''
"ikut kemana?"
"Kemping di Telaga Sidringo"
"Kapan?"
"Nanti sore berangkat jam 4"
"Weeww, yaudah ikut ya. Tapi tinggal bawa badan sama makan aja kan?"
"iya, nanti ketemuan didekat rumahmu"
"OK"

Tidak banyak yang saya siapkan, karena hanya satu malam. Cukup dengan membawa satu baju ganti, sarung, dan jaket. Walaupun tidak memakai sepatu, saya tetap membawa kaos kaki. Soalnya ngebayangin kalau di Dieng pada malam hari itu dinginnya seperti apa.

Seperti yang sudah diduga, jam keberangkatan pasti bakal molor. Padahal jam 4 saya sudah siap ditempat yang telah kita sepakati untuk bertemu. Setengah jam menunggu, akhirnya rombongan datang juga. Ada 6 orang, tapi hanya 2 orang yang sudah saya kenal. 

Setelah kenalan dengan yang lain dan membeli kebutuhan konsumsi, akhirnya jam 5 tepat kita berangkat dengan menggunakan 4 motor. Menurut Google Maps hanya butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk bisa sampai di Telaga Sidringo dari kampung saya tinggal.

Hujan, jalan rusak, dan mbah-mbah di tengah hutan


Jalur kita lalui adalah jalan tembus dari Bandar, Kabupaten Batang kearah Batur, Kabupaten Banjarnegara. Saya belum pernah melewati jalan ini sebelumnya. Cuma pernah sampai ke perkebunan teh Kembang Langit, itu pun sudah cukup lama.

Jalan penghubung antar kabupaten ini sebenarnya sudah diperhalus menggunakan cor sekitar 2 tahun lalu dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.Tapi ternyata sebagian jalan yang cukup untuk mempersingkat perjalanan dari Batang kearah Dieng ini sebagian kondisinya sudah cukup rusak. terutama setelah melewati perkebunan teh kearah Desa Gerlang.

Estimasi perjalanan yang tadinya hanya sekitar satu jam setengah tidak bisa tercapai. Jalan yang rusak ditambah hujan rintik-rintik dan gelap malam mengharuskan kita harus lebih berhati-hati mengendarai sepeda motor. Apalagi kita juga tidak terlalu mengetahui medan. Bila gegabah bisa saja motor kita bisa masuk kubangan. Dan yang paling parah bisa saja masuk kedalam jurang.

Jalan yang paling parah adalah setelah mulai memasuki Desa Gerlang, Kecamatan Blado. Dari desa ini lokasi Telaga Sidringo memang sudah tidak terlalu jauh. Tetapi sudah tidak ada lagi jalan cor semen yang bisa dipilih. Yang ada hanya jalan batu yang ditata seperti sungai yang mulai mengering. Dibeberapa bagian jalan bahkan menanjak cukup tinggi dan mengharuskan yang berbonceng untuk turun agar bisa tetap meneruskan perjalan. 

Tapi akhirnya walaupun harus berjalan dengan pelan-pelan sepanjang kurang lebih 2 km kita bisa sampai juga di base camp Telaga Sidringo dengan selamat setelah adzan isya berkumandang.

Namun kegembiraan tersebut berubah menjadi sedikit horor setelah ada salah satu orang yang cerita bahwa pada saat kita istirahat ditengah jalan ada simbah-simbah yang ikut kita istirahat. Karena hanya satu orang yang melihatnya, saya hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja. Tentu saja biar perasaan tidak semakin takut.



Tapi ternyata kisah si simbah ini tidak terhenti sampai disitu. Katanya dia juga ikut sampai tempat kita mendirikan tenda. Tengah malam simbah-simbah itu datang lagi untuk mengingatkan kalau kita tidak boleh kencing sembarangan. 


Lalu ada kejadian yang entah ada hubungannya dengan simbah-simbah tadi atau tidak, tengah malam ada satu orang yang dini hari tiba-tiba terbangun dari tidur dan teriak kalau tangannya digigit sama zombie. 😀😀

Bukan malah tambah ketakutan, hal itu justru malah membuat semua orang jadi pengen tertawa. Mana mungkin ada zombie ditengah hutan seperti ini?
Tapi bekat zombie tersebut saya akhirnya bisa melihat langit diatas Telaga Sidringo yang penuh dengan taburan bintang. Romantis sekali rasanya, tapi udaranya yang sangat dingin membuat saya tidak betah untuk berada diluar tenda terlalu lama. Sayang sebenarnya malam yang penuh bintang tersebut harus terlewatkan begitu saja.

Pemandangan cantik siang hari




Karena sampai di Telaga Sidiringo sudah cukup malam, saya tidak punya bayangan seperti apa pemandangan disini. Imajinasi hanya saya dapatkan dari foto-foto yang pernah saya lihat di Instagram. Yang bisa saya lihat malam itu hanya beberapa bukit gelap yang mengelilingi tempat ini dan kerlap-kerlip lampu yang berasal dari kampung disekitar Telaga Sidringo.

Gunung Sindoro dan Sumbing tampak dari kejauhan


Menjelang subuh, saya mencoba keluar tenda. Ternyata sudah ada tanda-tanda kalau matahari mulai menampakan sinarnya. Tampak beberapa bukit yang hanya bisa saya lihat dalam kegelapan. Persis didepan tenda juga sudah tampak telaga dengan air yang tenang. Gunung Sindoro Sumbing juga bisa sedikit terlihat dibalik bukit-bukit yang ada di kawasan Dieng.

Pemandangan dari depan tenda


Sayang, matahari pagi tidak bersinar sempurna karena tertutup sedikit kabut. Tapi pemandangan di Telaga Sidringo tetap cantik. Ditambah lagi dengan suara kicauan burung. Membuat suasana pagi menjadi lebih terasa damai. Bisa menjadi obat untuk menenangkan pikiran.

Perjalanan panjang dan melelahkan yang kemarin sore kita lalui semua terbayarkan dengan pemandangan cantik tersebut.












No comments:

Post a Comment