Mensucikan Diri Melalui Upacara Melasti di Pantai Parangkusumo


Melasti adalah salah satu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka yang tahun ini akan jatuh pada hari Sabtu 21 Maret 2015. Upacara Melasti bisa diartikan sebagai upacara untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk yang dilakukan selama setahun sebelumnya menggunakan sumber air kehidupan (tirta amerta) seperti air danau atau air laut. Masyarakat Hindu yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan upacara Melasti pada hari Minggu tanggal 15 Maret 2015 lalu di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul.




Pantai Parangkusumo letaknya masih satu area dengan Pantai Parangtritis dan Pantai Depok. Umat Hindu sudah tampak memadati area upacara yang berada di bibir Pantai Parangtritis sejak pukul 2 siang. Warna putih dan pakaian adat Bali tampak mendominasi pakaian umat yang akan beribadah. Namun tidak sedikit pula orang yang datang menggunakan baju adat jawa lengkap.



Area upacara Melasti ini tidak hanya dipadati oleh umat Hindu yang ingin beribadah saja, tetapi juga para pengunjung yang kebetulan ada di Pantai Parangkusumo yang juga sangat antusias untuk menyaksikan upacara tersebut walaupun dalam keadaan cuaca yang panas dan matahari yang sangat menyengat. Dan tidak sedikit pula fotografer (atau orang yang punya kamera) yang bersiap-siap untuk mengabadikan setiap momen yang ada. Area pengunjung dibatasi dengan sebuah tali rafiah dan juga pecalang yang hilir mudik menjaga garis batas tersebut.


Upacara Melasti dimulai pada sekitar pukul 3 sore setelah rombongan dari Pura Jagatnata, Banguntapan yang membawa banten (sesaji) serta perlengkapan untuk upacara tiba. Upacara dimulai dengan sambutan dari ketua panitia dan juga beberapa pemuka agama Hindu yang ada di Jogja. Upacara kemudian dilanjutkan dengan beberapa prosesi yang berakhir pada sekitar pukul 5 sore. Seluruh umat tampak sangat khusuk dan antusias mengikuti seluruh prosesinya dari awal sampai dengan akhir.



Namun sayang, pada saat prosesi yang dilakukan oleh para perempuan. Fotografer (orang-orang yang membawa kamera) dan beberapa pengunjung mulai masuk kedalam area upacara melewati garis batas yang telah ditentukan untuk mendapatkan foto dari dekat. Jumlah aparat kepolisian dan pecalang yang ada ditempat tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang merangsek masuk. Padahal sudah ada peringatan melalui pengeras suara agar para pengunjung tetap berada di posisi semula dan tidak memasuki area upacara karena upacara belum selesai. Namun sepertinya peringatan tersebut tidak terlalu mereka pedulikan. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah mengganggu upacara yang sedang berlangsung.


Yang muncul dalam benak saya kemudian adalah apa fungsi dari lensa tele kamera yang mereka bawa tersebut. Bukankah mereka bisa mengambil gambar dari jarak yang jauh? Tidak sedikit pula orang yang membawa kamera yang super canggih dibandingkan dengan kamera jadul yang saya bawa. Mungkin mereka merasa bahwa mereka berhak mengganggu proses ibadah orang lain demi mendapatkan foto yang paling bagus. Dan disitulah saya jadi merasa sedih. :(


No comments:

Post a Comment